Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. QS Al Baqarah (2): 261

Video: Dahsyatnya Sedekah

Video: Miracle Sedekah

Video: Sedekah Dapat Rumah

Do'a Yang Terkabulkan

Ada seorang perempuan, guru TK, yang datang kepada Ustadz, dia bercerita kalau setiap bulannya menyedekahkan gajinya 150.000, selain itu dia juga mengerjakan amalan yang lain, seperti tahajud, puasa sunnah dan lainnya. Tapi, sepertinya keinginannya belum juga terkabul. Kemudian Ustadz tersebut bertanya tentang do'a/harapan perempuan tersebut atas amalan-amalan yang dia kerjakan. Perempuan itu pun mengutarakan kalau dia ingin mendaptkan gaji 3.000.000 perbulan, selain itu, dia juga ingin menjadi kepala sekolah TK tersebut. Ustadz itu pun berkata kalau insyaallah keinginan perempuan itu akan terkabul.

Selang beberapa waktu perempuan itu datang lagi ke Ustadz tersebut. Kali ini dia membawa berita gembira. Dia bercerita kalau mendapatkan suami seorang pegawai dengan gaji per bulannya 3.000.000, berarti sebulan pendapatan perempuan itu sekarang malah lebih dari 3.000.000, karena penghasilan dari suami ditambah dengan penghasilannya sendiri. Selain itu, sekarang dia bukan hanya menjadi kepala sekolah TK tersebut, tapi menjadi pemiliknya, berarti kedudukannya malah lebih tinggi dari kepala sekolah. Karena, sekolah tersebut adalah milik mertuanya yang sekarang sepenuhnya diserahkan kepadanya. Subhanallah.....

*) Cerita ini saya dengar dari seorang teman yang kebetulan ikut acara yang dihadiri oleh Ustadz Yusuf Mansyur di Slawi. Tanpa mengurangi inti dari kandungan cerita dari kawan saya.

Sungguh Cepat Engkau Menjawabnya

Oleh : riyanti

Hpku tiba-tiba berdering, menandakan ada SMS yang masuk. Setelah kulihat nama pengirimnya, tertulis nama Dina.  Ku lanjutkan membaca pesannya "Mbak, apa kabar?oya, aku mau ngomong sesuatu tapi aku malu mbak..." katanya. "Nggak usah malu dek, ngomong ja.meski baru kenal, adik sudah ku anggap saudara sendiri..." balasku. Dia membalasnya "Ayahku pergi ke Jakarta, bisa nggak kalau mbak ngirimi aku pulsa. nanti saya ganti setelah ayah balik dari Jakarta". Entah kenapa seketika itu juga hatiku bertanya-tanya dan merasa aneh,kok bisa-bisanya dia minta kiriman pulsa padahal kita baru beberapa hari kenal dan itupun dikenalin seorang teman ewat SMS. Lama sekali SMS itu tidak ku balas meskipun HP masih berada di genggaman. Hatiku masih bertanya-tanya dan berusaha membuatnya berpikiran positif. Dalam kondisi masih bingung, dia membalasnya "Kalau mbak tidak bisa, tidak apa-apa.maaf ganggu..." katanya. Dan seketika itu juga ku balas "Ya sudah nanti saya kirimi". Meskipun sudah memberi jawaban seperti itu, hatiku masih ragu dan terus berpikir, kenapa dia seperti itu padahal baru kenal.

Dan dalam proses berpikir tersebut, tiba-tiba ku tersentak dengan mengingat satu ayat dalam Al-Qur'an "Apakah kau mengira bahwa kau telah dikatakan beriman, sebelum Allah menurunkan ujian-ujian padamu" dan sebuah kata bijak "Rejeki itu milik Allah, bukan milikmu. Jika kau meringankan beban orang lain tanpa ragu dan tunda-tunda maka Allah akan meringankan bebanmu tanpa kau duga-duga". Setelah itu, hatiku tiba-tiba sadar dan yakin bahwa Allah pasti berada di balik semua ini dan ingin menguji atas rejeki yang ku miliki. Dan hatiku tiba-tiba lega.

Beberapa saat kemudian, hpku berdering lagi. bukan SMS dari seseorang yang masuk melainkan ada laporan bahwa ada transferan pulsa ke hpku. Ku bingung karena yang ngirim itu bukan nomor yang ku kenal. Untuk konfirmasi, akhirnya ku kirim SMS pada nomor yang mentransfer itu. Dan spontan dibalas "Maaf, tadi saya salah kirim. Tapi tidak apa-apa, itu buat Anda saja". Setelah mendapat jawaban SMS itu, tak terasa air mengalir hangat dipipiku. Ku terharu sekaligus tak percaya atas semua yang terjadi. Dengan spontan pula, mulutku berucap "Allahu Akbar...allahuakbar...allahuakbar..." sekaligus beristighfar karena beberapa saat yang lalu ku meragukan sesuatu kehendak Allah. Sungguh, ketika hatiku bimbang dan ragu, Allah menjawabnya dengan cepat. Dia menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi pada manusia adalah KehendakNya. Rejeki adalah milikNya sehingga kita tidak boleh ragu untuk meringankan beban orang lain meskipun orang itu  baru kita kenal dan tak kenal sekalipun karena Dialah yang akan menjaga diri dan harta kita. Allahuakbar...

Rejeki Yang Telah di Tetapkan

"Kesungguhan dalam mencari rezeki yang telah dijamin oleh Allah akan mendapatkannya, dan mengurangi dari apa yang diwajibkan padamu, adalah termasuk sifat yang menunjukkan bashiroh (mata hati) yang tertutup."

Sesuatu yang telah dijamin oleh Allah kepada seorang hamba adalah rezeki. Sesuatu yang dimintakan pertanggungjawaban oleh Allah adalah rezeki juga. Pertanggunganjawaban itu, tidak lain ialah menempatkan harta yang telah dianugerahkan Allah kepada para hamba ialah dengan menjadikan harta berfungsi ibadah. Dengan demikian setiap harta kekayaan yang dijamin oleh Allah kepada manusia, hendaklah berfungsi benar sebagai barang jaminan yang diberlakukan sebagai ibadah untuk kepentingan yang berfaedah bagi si pemilik dan bermanfaat pula bagi sesama hamba Allah.

Sebab harta yang menjadi jaminan itu akan ditarik kembali oleh Allah apabila harta itu tidak memberikan manfaat bagi agama, sesama hamba, dalam hubungannya dengan keagungan nama Allah Ta'ala. Jaminan itu, berarti Allah Swt adalah pemilik yang syah dari semua harta yang ada di tangan manusia. Allah Ta'ala akan ridho apabila rezeki Allah itu akan menghidupkan syariat, kesejahtraan para hamba Allah, dan tentu Allah akan murka apabila rezeki itu jatuh ke tempat maksiat.

Yusuf Mansur: Berangkat Haji Berkat Sedekah

Yusuf Mansur, Foto/Amin Madani
"Subhanallah walhamdulilla, karena saya sering menyuruh orang untuk bersedekah, saya diuji bertubi-tubi."

Pendiri Daarul QurĂ­an Internasional School, Ustadz Yusuf Mansur, mengaku pernah lupa bahwa manusia tak boleh memastikan sesuatu yang belum terjadi. Yusuf berkisah, pada 1990 lalu, ia yakin dan telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menunaikan ibadah haji. Namun, menjelang hari pemberangkatan ia memliliki masalah sehingga batal ke Tanah Haram. Begitu pula pada tahun 2003. Saat itu, Yusuf kembali memiliki segala persiapan untuk berangkat ke Arab Saudi. Namun karena terganjal masalah keluarga, lagi-lagi ia batal untuk menunaikan ibadah haji.

”Astaghfirullah. Saya pernah lupa sudah merasa yakin dan memastikan hal yang belum terjadi. La haula wala kuwata illah billah,” ujarnya. Tahun 2005, media massa kerap menggunakan gelar haji yang melekat pada dirinya. ”Padahal waktu itu saya belum berhaji. Alhamdulillah, itu saya anggap sebuah doa,” ujarnya. Ia pun sengaja tidak mengklarifikasi masalah itu karena gelar haji memotivasinya untuk terus memohon agar Allah mengijinkannya berhaji.

Setahun kemudian, sebuah travel terkemuka menawarkan dirinya untuk menunaikan ibadah haji secara gratis. Ia pun diamanahkan untuk menjadi pimpinan rombongan. Ia sempat menolak lantaran belum pernah menunaikan haji. Namun pihak travel terus mendesak ustadz yang pernah keranjingan balap motor ini. Akhirnya, ia pun setuju dan iklan pun dipajang untuk mengajak masyarakat berangkat haji bersamanya. Pendaftaran para calon jamaah haji pun mengalir. Antusias masyarakat yang ingin pergi bersamanya begitu tinggi.

Pengertian Zakat, Infak, dan Sedekah

Zakat berasal dari akar kata zaka, yang berarti suci, berkah, tumbuh, dan berkembang. Adapun menurut istilah syariat, zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan kepada orang yang berhak menerimanya karena telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Zakat merupakan pembersih diri dan harta dari kemungkinan diperoleh dengan jalan tidak halal. Membayar zakat juga akan membuat harta semakin tumbuh dan berkembang.

Adapun infak adalah mengeluarkan sebagian harta benda yang dimiliki untuk kepentingan yang mengandung kemaslahatan. Dalam infak tidak ada nishab. Karena itu, infak boleh dikeluarkan oleh orang yang berpenghasilan tinggi atau rendah, disaat lapang ataupun sempit (QS Ali 'Imran [3]:134).

Infak merupakan ibadah sosial yang sangat utama. Kata infak mengandung pengertian bahwa menafkahkan harta di jalan Allah tidak akan mengurangi harta, tetapi justru akan semakin menambah harta.

Adapun sedekah ialah pemberian sesuatu yang bersifat kebaikan, baik berupa barang maupun jasa dari seseorang kepada orang lain tanpa mengharapkan suatu imbalan apapun selain ridha Allah.

Hukum dan ketentuan sedekah sama dengan ketentuan infak. Hanya saja jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti yang lebih luas, termasuk pemberian yang sifatnya non materi, seperti memberikan jasa, mengajarkan ilmu pengetahuan, dan mendoakan orang lain.

Sedekah menunjukkan pengertian tentang kebenaran keimanan seseorang (shaddaqa). Dengan bersedekah berarti seseorang tidak hanya meyakini keimanannya dalam hati, tetapi juga mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.

-----
Sumber: Zakat, Infak & Sedekah
Oleh: M. Syafe'i El-Bantanie