Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. QS Al Baqarah (2): 261

Satu Bungkus Martabak Menjadi Sepeda Motor

Setiap sore sehabis mandi, Lusy Mardani bersama buah hatinya yang masih berumur 3 bulan, menikmati langit senja dari depan kamar kontrakannya yang berada di lantai dua daerah Jimbaran, Bali.

Sambil menunggu suami pulang kerja, Lusy kerap memperhatikan gubuk kecil yang berada tidak jauh dari kontrakannya. Sesekali dilihatnya janda nenek pemilik gubuk, membersihkan halaman gubuknya dengan tertatih. Tidak ada penerangan dalam gubuknya, hanya sebuah lentera yang setia menemani si nenek jika malam datang.

Keinginan ibu muda itu untuk membantu si nenek sudah diniatkan sejak pertama kali menempati kontrakan. Namun karena kondisi keluarganya pas-pasan, niat itu selalu diurungkan. "Mau ke mana-mana juga harus pinjam motor kantor suami," tulis Lusy dikutip Yusuf Mansur.

Hingga pada suatu hari, sang suami pulang dengan membawa dua bungkus martabak telur. Awalnya Lusy terkejut suaminya membawa banyak makanan saat pulang kerja. Namun, perasaan itu hilang setelah suaminya menjelaskan dan berniat memberikan satu bungkus martabak telur kepada si nenek.

Karena malam mulai larut, Lusy segera mendatangi gubuk dan memberikan martabak telur kepada si nenek. Dilihatnya wajah sumringah nenek ketika diberi martabak. "Dadong (nenek) tampak senang dikasih martabak telur," kata Lusy.

Setelah peristiwa itu, Lusy bersama suaminya menjalani hari-hari seperti biasa. Namun betapa terkejutnya ketika suami Lusy yang bekerja sebagai pegawai swasta bidang teknologi informasi (IT), tiba-tiba kebanjiran proyek website. Alhasil pendapatan sang suami juga bertambah.

Dari hasil lembur, suami Lusy mendapat imbalan sekitar Rp 4 juta. Tidak henti-hentinya Lusy mengucap syukur atas rizeki yang diberikan kepadanya. Akhirnya Lusy dengan suami sepakat memanfaatkan uang tersebut untuk membeli sepeda motor, yang selama ini menjadi impiannya. "Akhirnya kita bisa kredit motor dengan uang tersebut," pungkasnya.
[war]

Buah Sedekah, Aku Dilamar Tiga Pemuda Sekaligus

Vemale.com - Memiliki banyak harta seringkali tak membuat seseorang mensyukuri dengan apa yang didapat. Justru, memiliki banyak harta membuat orang tersebut merasa kurang dan kekurangan. Aneh memang. Namun, tahukah Anda bahwa sebenarnya hal tersebut dikarenakan kurangnya bersedekah? Sebuah kisah menarik berikut ini dikirimkan oleh seorang sahabat kami yang menceritakan pengalamannya tentang keistimewaan dari bersedekah. Semoga terinspirasi.

-----------

" Allah... aku tak takut miskin hanya dengan bersedekah. Selagi aku bisa, berbagi adalah mulia."

Aku wanita berumur 30 tahun. Di usia yang cukup matang, aku belum saja berkeluarga. Padahal, pencapaian karirku bisa dikatakan luar biasa. Aku menjabat sebagai manajer di sebuah perusahaan perbankan yang cukup ternama. Masalah wajah dan penampilan, Insyaallah aku tak kurang. Dengan tubuh proporsional, kulit kuning, wajah ayu dibalut jilbab, kurasa aku pantas diperebutkan. Banyak omong kosong berucap bahwa hal yang demikian membuat para lelaki yang ingin mendekatiku menjadi minder. Tentu saja aku tak percaya. Bagaimana mungkin hal tersebut membuat para lelaki menjadi minder untuk mendekatiku. Benar-benar tak masuk akal.

Selain bekerja, aku rutin mengikuti majelis taklim yang diadakan tiap satu minggu sekali. Di sana, aku diajarkan untuk membiasakan diri agar bersedekah. Katanya, Allah akan membalas dan melipatgandakan harta yang disedekahkan dengan balasan yang berlipat-lipat. Jujur saja, aku tidak begitu mengharapkannya, karena tujuan bersedekah untukku adalah murni berbagi. Dan lagi, dengan materi yang kuperoleh dari kerja kerasku, insyaallah aku masih bisa hidup lebih dari kata sederhana.

Hingga saat itu tiba. Aku melihat sebuah masjid di daerah Malang dalam tahap pembangunan. Sebuah tulisan cukup unik membuatku turun dari mobil dan mendekati seseorang yang tengah duduk di depan masjid. Di depan masjid itu tertulis, "Masjid dijual" bayangkan saja, masjid yang bisa dikatakan adalah rumah Allah, diperjualbelikan dengan mudahnya?

Kuhampiri seorang lelaki kebapakan, kutanyakan maksud dari tulisan tersebut. Ternyata, maksud kalimat tersebut adalah 'menjual' bagian dari masjid untuk diwakafkan. Istilah singkatnya, kita 'diminta' keikhlasannya untuk bersedekah untuk pembangunan masjid tersebut. Tanpa pikir panjang, aku mengeluarkan sepuluh lembar uang seratus ribuan yang ada di dompet. Keberikan pada bapak tersebut, kutitipkan salam dan doaku, aku minta agar jodohku datang di saat yang tepat. Sebelumnya, aku sempat mendengar sebuah kalimat ustadz di majelis taklim mengucapkan bahwa bersedekah dapat mempercepat datangnya jodoh. Dan, aku ingin membuktikannya.

Bukan sulap bukan sihir. Tahukah kalian apa yang terjadi satu bulan berikutnya? Tak cukup satu orang pemuda datang ke rumah untuk melamarku, melainkan tiga pemuda sekaligus. Bayangkan, tiga pemuda tersebut tak hanya santun perangainya, tapi juga tampan. Subhanallah, terus terang saja, aku cukup kerepotan untuk memilih. Hingga akhirnya kuputuskan memilih satu di antara ketiganya yang paling terbaik.

Namanya Husein. Ia seorang pegawai swasta merangkap guru mengaji di kantornya. Setiap sore, ia memberikan waktu luang dan kesempatan bagi teman, bahkan atasannya untuk belajar mengaji padanya. Subhanallah, aku benar-benar merasakan buah sedekah. Bahwa, tak akan ada kesulitan di balik kebiasaan rutin bersedekah. Bersedekah tidak membuat miskin, tetapi justru mengayakan. Allah... aku tak takut miskin hanya dengan bersedekah. Selagi aku bisa, berbagi adalah mulia.
(vem/tik)

Cerita Sedekah Sadarkan Sopir Bergaji Kecil

Sedekah dapat berarti pemberian dari seorang Muslim kepada orang lain secara ikhlas, tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Dalam Alquran, Allah SWT menjelaskan balasan yang diberikan kepada hambanya yang senantiasa berbuat kebaikan, termasuk sedekah.

"Barangsiapa datang dengan (membawa) satu kebaikan, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat. Barangsiapa datang dengan (membawa) satu kejahatan, maka tiadalah ia dibalasi, melainkan dengan seumpamanya sedang mereka itu tiada teraniaya," surrah Al-An'am ayat 160.

Banyak kisah nyata yang dapat kita teladani, sebagai penyemangat untuk melakukan sedekah. Seperti kisah seorang sopir yang selalu mengeluh dan merasa pendapatannya selalu kurang, tidak sebanding dengan pengeluarannya.

Setelah bekerja cukup lama sebagai sopir bos perusahaan swasta, sebut saja Karyo, selalu mengeluh dengan pendapatan bulanannya. Menurutnya dengan gaji Rp 800 ribu per bulan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dengan lima anak-anaknya yang masih kecil.

Karyo selalu menyambut pagi hari dengan malas, dia hanya semangat jika waktu gajiannya tiba. Menurutnya memikul beban lima anak bukan perkara mudah, selain biaya sekolah, Karyo juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan sekunder anak-anaknya. Seperti pakaian, peralatan sekolah, hingga uang jajan.

Hal ini belum termasuk urusan 'mengepulkan asap' dapur. Dalam setahun, Karyo bisa menghitung berapa kali keluarganya makan daging kambing atau sapi. Untuk Karyo, yang penting keluarganya tidak kelaparan dan tidak mengemis di jalanan. Urusan makan enak, nanti saja.

Karena inilah, Karyo selalu mengeluhkan gajinya. Meski demikian, nyatanya Karyo tidak berani mengadu ke bosnya. Dia menyadari pekerjaan sopir yang dilakoninya, terlebih ijazah yang tidak mumpuni. Dia selalu mengurungkan niatnya jika harus membicarakan gaji, takut malah kena PHK.

Hingga akhirnya Karyo memberanikan diri mengadukan nasibnya kepada salah satu ustaz yang tersohor. Awalnya Karyo mengenal ustaz itu pada suatu pagi ketika dia melihat sang ustaz berceramah pada salah satu stasiun televisi swasta Indonesia. Sang ustaz selalu berceramah akan pentingnya dan manfaat bersedekah. Tertarik, Karyo mencatat alamat tempat ustaz itu berada.

Saat bertemu dengan ustaz, tanpa banyak basa-basi, Karyo langsung menceritakan permasalahannya. "Ustaz, gaji saya cuma Rp 800 ribu per bulan, padahal anak saya lima. Saya ingin naik gaji menjadi Rp 1,5 juta," kata Karyo memberanikan diri.

Mendengar keluhan Karyo, sang ustaz hanya tersenyum sambil mengajak Karyo untuk bersyukur terhadap semua yang telah Allah SWT berikan kepadanya selama ini.

Disela obrolan itu, ustaz menyarankan Karyo untuk membuka Alquran surrah Al-An'am ayat 160 dan Ath-Thalaaq ayat 7, keduanya merupakan surrah anjuran melakukan sedekah.

Mendapati perintah dari sang ustaz, buru-buru Karyo menutup Alquran langsung memotong percakapan sambil berkata "Kapan ayat-ayat itu dibaca dan berapa kali ustaz?"

Mendengar jawaban Karyo, ustaz sedikit kesal. Niatnya memberikan solusi yang benar, ditanggapi Karyo sebagai mekanisme ritual untuk mendapatkan kekayaan.

Segera ustaz meminta Karyo untuk mengeluarkan dompetnya. Meski dompetnya terdapat banyak lipatan untuk menyimpan uang dan kartu-kartu, dompet Karyo sangat tipis, hal ini karena tidak adanya kartu ATM atau kredit yang dimilikinya. Hanya uang sejumlah Rp 100 ribu yang terlipat.

Sambil mengambil uang lipatan Rp 100 ribu, ustaz bertanya "Ikhlas tidak kamu, jika uang ini saya sedekahkan?" "Ikhlas" jawab Karyo sambil menganggukkan kepalanya. Namun, karena jumlahnya cukup besar pada anggukan ke sekian kalinya, telihat Karyo nampak ragu.

Melihat keraguan Karyo, ustaz berkata, "Dalam tujuh hari masa kerja, akan ada balasan dari Allah SWT, jika tidak uangnya saya kembalikan."

Mulailah sejak saat itu Karyo rajin menghitung hari dan bersemangat menjalani pekerjaannya. Pada hari pertama, tidak ada keajaiban yang menghampirinya, begitu juga hari kedua. Bahkan pada hari ke tiga, Karyo mengaku uangnya sebesar Rp 25 ribu hilang.

Melihat tidak ada perubahan, Karyo mendatangi sang ustaz lagi sambil menagih janji dan menceritakan kehilangan uangnya. Ustaz hanya tersenyum dan menceritakan kalau uang yang diambilnya dari dompet Karyo, ternyata berjumlah Rp 125 ribu. Karena kondisi uang yang terlipat, sehingga tidak mengetahui jika yang Rp 25 ribu juga keikut.

Pada hari keempat, Karyo mengantarkan bosnya pergi ke Jawa Tengah selama empat hari. Sambil harap-harap cemas, Karyo mengantarkan majikannya itu sampai kembali lagi ke Jakarta.

Setelah kewajibannya terselesakan, Karyo pamit kepada bosnya untuk pulang. Saat itulah si bos memberikan sebuah amplop coklat kepada Karyo. "Ini hadiah untuk istri kamu yang kesepian di rumah," kata si bos.

Sesampainya di rumah, Karyo membuka amplop itu. Dilihatnya tumpukan uang ratusan sejumlah Rp 1,5 juta. Seketika Karyo menyadari kebenaran surrah Al-An'am ayat 160. Setelah kejadian itu, Karyo lebih sering bersedekah tanpa lagi mempermasalahkan besaran gajinya.