Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. QS Al Baqarah (2): 261

Satu Bungkus Martabak Menjadi Sepeda Motor

Setiap sore sehabis mandi, Lusy Mardani bersama buah hatinya yang masih berumur 3 bulan, menikmati langit senja dari depan kamar kontrakannya yang berada di lantai dua daerah Jimbaran, Bali.

Sambil menunggu suami pulang kerja, Lusy kerap memperhatikan gubuk kecil yang berada tidak jauh dari kontrakannya. Sesekali dilihatnya janda nenek pemilik gubuk, membersihkan halaman gubuknya dengan tertatih. Tidak ada penerangan dalam gubuknya, hanya sebuah lentera yang setia menemani si nenek jika malam datang.

Keinginan ibu muda itu untuk membantu si nenek sudah diniatkan sejak pertama kali menempati kontrakan. Namun karena kondisi keluarganya pas-pasan, niat itu selalu diurungkan. "Mau ke mana-mana juga harus pinjam motor kantor suami," tulis Lusy dikutip Yusuf Mansur.

Hingga pada suatu hari, sang suami pulang dengan membawa dua bungkus martabak telur. Awalnya Lusy terkejut suaminya membawa banyak makanan saat pulang kerja. Namun, perasaan itu hilang setelah suaminya menjelaskan dan berniat memberikan satu bungkus martabak telur kepada si nenek.

Karena malam mulai larut, Lusy segera mendatangi gubuk dan memberikan martabak telur kepada si nenek. Dilihatnya wajah sumringah nenek ketika diberi martabak. "Dadong (nenek) tampak senang dikasih martabak telur," kata Lusy.

Setelah peristiwa itu, Lusy bersama suaminya menjalani hari-hari seperti biasa. Namun betapa terkejutnya ketika suami Lusy yang bekerja sebagai pegawai swasta bidang teknologi informasi (IT), tiba-tiba kebanjiran proyek website. Alhasil pendapatan sang suami juga bertambah.

Dari hasil lembur, suami Lusy mendapat imbalan sekitar Rp 4 juta. Tidak henti-hentinya Lusy mengucap syukur atas rizeki yang diberikan kepadanya. Akhirnya Lusy dengan suami sepakat memanfaatkan uang tersebut untuk membeli sepeda motor, yang selama ini menjadi impiannya. "Akhirnya kita bisa kredit motor dengan uang tersebut," pungkasnya.
[war]

Buah Sedekah, Aku Dilamar Tiga Pemuda Sekaligus

Vemale.com - Memiliki banyak harta seringkali tak membuat seseorang mensyukuri dengan apa yang didapat. Justru, memiliki banyak harta membuat orang tersebut merasa kurang dan kekurangan. Aneh memang. Namun, tahukah Anda bahwa sebenarnya hal tersebut dikarenakan kurangnya bersedekah? Sebuah kisah menarik berikut ini dikirimkan oleh seorang sahabat kami yang menceritakan pengalamannya tentang keistimewaan dari bersedekah. Semoga terinspirasi.

-----------

" Allah... aku tak takut miskin hanya dengan bersedekah. Selagi aku bisa, berbagi adalah mulia."

Aku wanita berumur 30 tahun. Di usia yang cukup matang, aku belum saja berkeluarga. Padahal, pencapaian karirku bisa dikatakan luar biasa. Aku menjabat sebagai manajer di sebuah perusahaan perbankan yang cukup ternama. Masalah wajah dan penampilan, Insyaallah aku tak kurang. Dengan tubuh proporsional, kulit kuning, wajah ayu dibalut jilbab, kurasa aku pantas diperebutkan. Banyak omong kosong berucap bahwa hal yang demikian membuat para lelaki yang ingin mendekatiku menjadi minder. Tentu saja aku tak percaya. Bagaimana mungkin hal tersebut membuat para lelaki menjadi minder untuk mendekatiku. Benar-benar tak masuk akal.

Selain bekerja, aku rutin mengikuti majelis taklim yang diadakan tiap satu minggu sekali. Di sana, aku diajarkan untuk membiasakan diri agar bersedekah. Katanya, Allah akan membalas dan melipatgandakan harta yang disedekahkan dengan balasan yang berlipat-lipat. Jujur saja, aku tidak begitu mengharapkannya, karena tujuan bersedekah untukku adalah murni berbagi. Dan lagi, dengan materi yang kuperoleh dari kerja kerasku, insyaallah aku masih bisa hidup lebih dari kata sederhana.

Hingga saat itu tiba. Aku melihat sebuah masjid di daerah Malang dalam tahap pembangunan. Sebuah tulisan cukup unik membuatku turun dari mobil dan mendekati seseorang yang tengah duduk di depan masjid. Di depan masjid itu tertulis, "Masjid dijual" bayangkan saja, masjid yang bisa dikatakan adalah rumah Allah, diperjualbelikan dengan mudahnya?

Kuhampiri seorang lelaki kebapakan, kutanyakan maksud dari tulisan tersebut. Ternyata, maksud kalimat tersebut adalah 'menjual' bagian dari masjid untuk diwakafkan. Istilah singkatnya, kita 'diminta' keikhlasannya untuk bersedekah untuk pembangunan masjid tersebut. Tanpa pikir panjang, aku mengeluarkan sepuluh lembar uang seratus ribuan yang ada di dompet. Keberikan pada bapak tersebut, kutitipkan salam dan doaku, aku minta agar jodohku datang di saat yang tepat. Sebelumnya, aku sempat mendengar sebuah kalimat ustadz di majelis taklim mengucapkan bahwa bersedekah dapat mempercepat datangnya jodoh. Dan, aku ingin membuktikannya.

Bukan sulap bukan sihir. Tahukah kalian apa yang terjadi satu bulan berikutnya? Tak cukup satu orang pemuda datang ke rumah untuk melamarku, melainkan tiga pemuda sekaligus. Bayangkan, tiga pemuda tersebut tak hanya santun perangainya, tapi juga tampan. Subhanallah, terus terang saja, aku cukup kerepotan untuk memilih. Hingga akhirnya kuputuskan memilih satu di antara ketiganya yang paling terbaik.

Namanya Husein. Ia seorang pegawai swasta merangkap guru mengaji di kantornya. Setiap sore, ia memberikan waktu luang dan kesempatan bagi teman, bahkan atasannya untuk belajar mengaji padanya. Subhanallah, aku benar-benar merasakan buah sedekah. Bahwa, tak akan ada kesulitan di balik kebiasaan rutin bersedekah. Bersedekah tidak membuat miskin, tetapi justru mengayakan. Allah... aku tak takut miskin hanya dengan bersedekah. Selagi aku bisa, berbagi adalah mulia.
(vem/tik)

Cerita Sedekah Sadarkan Sopir Bergaji Kecil

Sedekah dapat berarti pemberian dari seorang Muslim kepada orang lain secara ikhlas, tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Dalam Alquran, Allah SWT menjelaskan balasan yang diberikan kepada hambanya yang senantiasa berbuat kebaikan, termasuk sedekah.

"Barangsiapa datang dengan (membawa) satu kebaikan, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat. Barangsiapa datang dengan (membawa) satu kejahatan, maka tiadalah ia dibalasi, melainkan dengan seumpamanya sedang mereka itu tiada teraniaya," surrah Al-An'am ayat 160.

Banyak kisah nyata yang dapat kita teladani, sebagai penyemangat untuk melakukan sedekah. Seperti kisah seorang sopir yang selalu mengeluh dan merasa pendapatannya selalu kurang, tidak sebanding dengan pengeluarannya.

Setelah bekerja cukup lama sebagai sopir bos perusahaan swasta, sebut saja Karyo, selalu mengeluh dengan pendapatan bulanannya. Menurutnya dengan gaji Rp 800 ribu per bulan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dengan lima anak-anaknya yang masih kecil.

Karyo selalu menyambut pagi hari dengan malas, dia hanya semangat jika waktu gajiannya tiba. Menurutnya memikul beban lima anak bukan perkara mudah, selain biaya sekolah, Karyo juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan sekunder anak-anaknya. Seperti pakaian, peralatan sekolah, hingga uang jajan.

Hal ini belum termasuk urusan 'mengepulkan asap' dapur. Dalam setahun, Karyo bisa menghitung berapa kali keluarganya makan daging kambing atau sapi. Untuk Karyo, yang penting keluarganya tidak kelaparan dan tidak mengemis di jalanan. Urusan makan enak, nanti saja.

Karena inilah, Karyo selalu mengeluhkan gajinya. Meski demikian, nyatanya Karyo tidak berani mengadu ke bosnya. Dia menyadari pekerjaan sopir yang dilakoninya, terlebih ijazah yang tidak mumpuni. Dia selalu mengurungkan niatnya jika harus membicarakan gaji, takut malah kena PHK.

Hingga akhirnya Karyo memberanikan diri mengadukan nasibnya kepada salah satu ustaz yang tersohor. Awalnya Karyo mengenal ustaz itu pada suatu pagi ketika dia melihat sang ustaz berceramah pada salah satu stasiun televisi swasta Indonesia. Sang ustaz selalu berceramah akan pentingnya dan manfaat bersedekah. Tertarik, Karyo mencatat alamat tempat ustaz itu berada.

Saat bertemu dengan ustaz, tanpa banyak basa-basi, Karyo langsung menceritakan permasalahannya. "Ustaz, gaji saya cuma Rp 800 ribu per bulan, padahal anak saya lima. Saya ingin naik gaji menjadi Rp 1,5 juta," kata Karyo memberanikan diri.

Mendengar keluhan Karyo, sang ustaz hanya tersenyum sambil mengajak Karyo untuk bersyukur terhadap semua yang telah Allah SWT berikan kepadanya selama ini.

Disela obrolan itu, ustaz menyarankan Karyo untuk membuka Alquran surrah Al-An'am ayat 160 dan Ath-Thalaaq ayat 7, keduanya merupakan surrah anjuran melakukan sedekah.

Mendapati perintah dari sang ustaz, buru-buru Karyo menutup Alquran langsung memotong percakapan sambil berkata "Kapan ayat-ayat itu dibaca dan berapa kali ustaz?"

Mendengar jawaban Karyo, ustaz sedikit kesal. Niatnya memberikan solusi yang benar, ditanggapi Karyo sebagai mekanisme ritual untuk mendapatkan kekayaan.

Segera ustaz meminta Karyo untuk mengeluarkan dompetnya. Meski dompetnya terdapat banyak lipatan untuk menyimpan uang dan kartu-kartu, dompet Karyo sangat tipis, hal ini karena tidak adanya kartu ATM atau kredit yang dimilikinya. Hanya uang sejumlah Rp 100 ribu yang terlipat.

Sambil mengambil uang lipatan Rp 100 ribu, ustaz bertanya "Ikhlas tidak kamu, jika uang ini saya sedekahkan?" "Ikhlas" jawab Karyo sambil menganggukkan kepalanya. Namun, karena jumlahnya cukup besar pada anggukan ke sekian kalinya, telihat Karyo nampak ragu.

Melihat keraguan Karyo, ustaz berkata, "Dalam tujuh hari masa kerja, akan ada balasan dari Allah SWT, jika tidak uangnya saya kembalikan."

Mulailah sejak saat itu Karyo rajin menghitung hari dan bersemangat menjalani pekerjaannya. Pada hari pertama, tidak ada keajaiban yang menghampirinya, begitu juga hari kedua. Bahkan pada hari ke tiga, Karyo mengaku uangnya sebesar Rp 25 ribu hilang.

Melihat tidak ada perubahan, Karyo mendatangi sang ustaz lagi sambil menagih janji dan menceritakan kehilangan uangnya. Ustaz hanya tersenyum dan menceritakan kalau uang yang diambilnya dari dompet Karyo, ternyata berjumlah Rp 125 ribu. Karena kondisi uang yang terlipat, sehingga tidak mengetahui jika yang Rp 25 ribu juga keikut.

Pada hari keempat, Karyo mengantarkan bosnya pergi ke Jawa Tengah selama empat hari. Sambil harap-harap cemas, Karyo mengantarkan majikannya itu sampai kembali lagi ke Jakarta.

Setelah kewajibannya terselesakan, Karyo pamit kepada bosnya untuk pulang. Saat itulah si bos memberikan sebuah amplop coklat kepada Karyo. "Ini hadiah untuk istri kamu yang kesepian di rumah," kata si bos.

Sesampainya di rumah, Karyo membuka amplop itu. Dilihatnya tumpukan uang ratusan sejumlah Rp 1,5 juta. Seketika Karyo menyadari kebenaran surrah Al-An'am ayat 160. Setelah kejadian itu, Karyo lebih sering bersedekah tanpa lagi mempermasalahkan besaran gajinya.


Sedekah Bisa Percepat Datangnya Jodoh

Yusuf Mansyur dikenal kalangan luas sebagai sosok ustaz yang selalu mengajak jamaahnya melakukan sedekah. Bagi pria kelahiran Jakarta 1976 ini, sedekah merupakan perkara baik yang mudah dilakukan, namun memberikan pengaruh yang luar biasa kepada pelakunya. Bukan omong kosong dia berkata demikian, kesuksesan dirinya juga diawali dengan sedekah. Bahkan salah satu peserta jamaahnya juga merasakan faedah sedekah.

Yusuf menceritakan, ada seorang jamaah wanitanya berumur 37 tahun dan belum menikah. Suatu waktu si wanita mengikuti seminarnya Yusuf Mansur. Dengan khusyuk si wanita menyimak setiap tausiah yang disampaikan ustaz. Pada waktu itu, Yusuf lagi berceramah tentang keutamaan melakukan sedekah, satu di antaranya adalah sedekah mampu mempercepat seseorang mendapatkan jodoh.

Terobsesi dengan tausiah sang ustaz, usai mengikuti seminar si wanita langsung teringat akan masjid yang berada tidak jauh dari rumahnya. Sambil mengendarai mobil, dia menyempatkan diri untuk bersinggah ke masjid itu sebelum pulang ke rumahnya.

Sesampainya di masjid, si wanita disambut oleh pengurus masjid yang sedang sibuk membersihkan 'Rumah Allah SWT' itu. Setelah bercakap ringan, si wanita bertanya kepada pengurus masjid terkait kebutuhan yang diperlukan.

"Kebetulan, kami sedang melelang lantai keramik masjid. Semeternya Rp 150 ribu," kata Yusuf menirukan jawaban si pengurus masjid.

Mengetahui ada kesempatan untuk bersedekah, si wanita langsung membeli empat meter persegi lantai seharga Rp 600 ribu. Setelah keperluannya di masjid selesai, si wanita segera bergegas mengendarai mobilnya untuk pulang. Sesampainya di rumah, keramik yang dibelinya disimpannya di dalam gudang karena belum memiliki ide untuk memanfaatkanya.

Meski demikian, si wanita tidak menyesal, karena yang terpenting menurutnya adalah bagaimana bisa membelanjakan hartanya di jalan Allah SWT dan untuk kemaslahatan kaum muslimin.

Allah SWT maha mendengar dan maha mengabulkan, melihat keikhlasan sedekah hambanya, Allah akhirnya mengabulkan permintaan hambanya dengan mendatangkan empat pemuda yang sama-sama berniat untuk melamarnya.

"Itulah sedekah," terang Yusuf Mansur.


Melalui Sedekah, Pedagang Bubur Keliling Dapatkan Mobil Mewah

Tidak henti-hentinya Ustaz Yusuf Mansur mengajak kepada kaum muslimin untuk bersedekah. Seberapapun jumlahnya, ustaz yang menggarap film berjudul kun fa yakuun ini selalu mengingatkan supaya tidak melihat nominalnya, tetapi yang utama adalah keikhlasan.

Yusuf menceritakan pada suatu waktu dia pernah diajak oleh seorang wartawan untuk pergi ke Semarang, Jawa Tengah. Bukan untuk berdakwah, tapi hanya untuk menjalani sesi pemotretan dengan pemenang mobil Mercedes Benz New Eyes E200 Kompressor baru seharga ratusan juta rupiah. Hadiah undian dari salah satu bank nasional.

Tidak ada yang aneh dengan prosesi penyerahan hadiah, semua berjalan layaknya acara pada umumnya. Namun yang mencengangkan Yusuf adalah sang pemenang ternyata profesi pekerjaan sehari-hari hanya sebagai penjual bubur keliling. "Bagaimana ceritanya dia bisa mendapat hadiah mobil itu," batin Yusuf.

Meski secara agama, Yusuf tidak begitu heran dengan hal itu, karena menurutnya semua tidak ada yang mustahil jika Allah SWT berkehendak. Namun naluri manusiawi Yusuf menuntun untuk mencari tahu bagaimana caranya seorang tukang bubur bisa memenangkan hadiah utama mobil mewah.

Setelah beberapa saat bertanya kesana kemari, Yusuf begitu kaget dan memuji kalimat Allah SWT sewaktu mendapat jawabannya. Ternyata rahasia penjual bubur keliling mendapat Mercedez karena kepeduliannya kepada orang tua. si penjual ingin mewujudkan keinginan orang tuanya yang bercita-cita bisa berkunjung ke Baitullah Makkah menunaikan haji.

Setiap harinya, si penjual bubur selalu menyisakan beberapa lembar ribuan dari keuntungannya untuk ditabung ke dalam bank. Semua dia lakukan hanya untuk membahagiakan kedua sosok yang sangat berjasa besar dalam kehidupannya. Pada waktu bersamaan, pihak bank sedang mengadakan undian berhadiah.

Karena jumlah saldo penjual bubur mencapai Rp 5 juta, membuatnya mendapatkan satu kupon kesempatan memperoleh hadiah utama berupa mobil Mercedez. Akhirnya pada waktu pengundian, dengan izin Allah SWT, penjual bubur keliling terpilih menjadi pemenang hadiah utama.

Namun karena diharuskan membayar pajak sebesar 25 persen dari harga mobil, awalnya membuat penjual bubur kebingungan tidak bisa bayar. Hingga akhirnya kabar itu sampai kepada seorang ustaz pemilik universitas swasta islam ternama di daerah itu. Dan dengan izin Allah SWT, sang ustaz membantu melunasi pajak mobil mewah milik penjual bubur keliling.


Sedekah Mengubah Kehidupan Ibu Kontrakan Yang Serba Kecukupan

Sudah hampir dua tahun menjalani pernikahan dengan laki-laki yang dicintai, Rachma belum juga berbadan dua. Padahal semua usaha dicoba, tetapi Allah SWT belum memberikan izin. Keinginannya untuk segera hamil saat malam pertama, harus pupus.

Permasalahan Rachma tidak berhenti di situ, dia bersama suaminya juga belum memiliki rumah sendiri. Padahal kedua pasangan ini sama-sama bekerja dengan gaji yang terbilang besar per bulannya. Selama menikah, mereka masih menempati rumah kontrakan di daerah pinggiran ibu kota.

Meski mendapat ujian dalam rumah tangganya, Rachma tetap menjalankan kewajibannya kepada orangtua. Pada suatu waktu orangtuanya berencana untuk merenovasi rumahnya yang berada di kampung. Kondisi rumahnya tidak lagi bagus, karena ditopang pondasi kayu, beberapa sudutnya keropos dimakan rayap.

Mendengar kondisi rumah orangtuanya yang mengenaskan, membuat Rachma bersama suaminya sepakat untuk menanggung biaya renovasi sebesar Rp 100 juta. Padahal awalnya uang tersebut mereka sediakan untuk persiapan kredit rumah di Jakarta.

Sekitar Agustus 2005, Rachma mulai merenovasi rumah orangtuanya menjadi rumah permanen yang layak huni. Diakui Rachma, sebelum memutuskan menanggung biaya renovasi, dia sempat ragu. Terlebih melihat kehidupan teman seangkatannya yang sudah memiliki rumah tinggal tetap, lengkap dengan mobil keluarga.

Namun, wanita yang selalu mengikuti tausiah Yusuf Mansur ini yakin, Allah akan memberikannya kemudahan pada setiap urusan yang dikerjakannya. "Alhamdullilah selang beberapa minggu setelah rumah mertua selesai direnovasi, saya hamil," tulis Rachma dalam situs Yusuf Mansur.

Rachma bersyukur penantiannya untuk menimang anak akhirnya terkabul. Satu tahun kemudian Rachma dikaruniai anak perempuan cantik. Tanpa disadarinya, sedekah Rp 100 juta kepada orangtuanya, mewujudkan semua keinginan Rachma.

Tepatnya satu tahun setelah kelahiran buah hatinya yang pertama, Rachma bersama suaminya menempati rumah idaman. Tidak berhenti sampai disitu, pada tahun-tahun berikutnya Rachma diberikan kemudahan membeli mobil baru.

Kemudahan-kemudahan yang diberikan Allah SWT terus dirasakan Rachma. Pada awal tahun 2009, dia bersama suaminya membeli beberapa hektar kebun sawit dan mendapat fasilitas rumah bersubsidi dari perusahaan tempat suami bekerja. Tanpa uang muka dan cicilannya sangat ringan jika dibandingkan dengan kredit sendiri melalui bank.


Sedekah Mampu Ubah Kehidupan Satpam Pom Bensin

Pengalaman ustaz Yusuf Mansur tentang manfaat sedekah, memang layak diteladani. Tidak henti-hentinya ustaz asli Betawi ini membuktikan kebenaran janji Allah SWT dalam surrah Al-An'am 160: "Setiap amal kebaikan akan dibalas 10 kali lipat dari amalnya."

Ketika Yusuf melintasi di suatu daerah, dia tiba-tiba terbangun dari kursi tengah mobil mewah yang dia naiki. Sambil memperbaiki posisi duduknya, Yusuf berpesan kepada sopir pribadinya untuk singgah sejenak di pom bensin. "Masih penuh ustaz," jawab sopir dengan melihat indikasi tangki bensin.

Mendengar jawaban sopir, Yusuf langsung menimpali "Saya kebelet, pengen ke toilet sebentar," katanya sambil melihat sopirnya melalui spion tengah di dalam mobil.

Tidak lama melaju, mobil Yusuf singgah di pom bensin. Sambil berjalan cepat, Yusuf menuju pintu toilet yang berada di belakang tempat pengisian bahan bakar. Namun langkah Yusuf terhenti ketika seorang satpam pom bensin berteriak memanggilnya.

Dengan langkah cepat, si satpam mendekati Yusuf dan berkata "Alhamdullilah ketemu ustaz di sini, biasanya cuma di televisi," kata si satpam. Setelah basa-basi, si satpam mengutarakan maksudnya kepada Yusuf, dia mengaku bosan menjadi satpam meski gaji yang didapatnya terbilang cukup besar untuk seukuran satpam daerah.

Si satpam merasa hidupnya tidak banyak berubah. Dia mengeluhkan kehidupannya yang selalu berjalan monoton. Padahal si satpam sudah rajin salat, namun belum juga mendapat perubahan yang lebih baik lagi dari Allah SWT.

Keluh kesah si satpam memutuskan Yusuf untuk mengajaknya duduk di minimarket, dalam kompleks pom bensin. Sambil menikmati kopi sore hari, si satpam menceritakan kisah hidupnya, hingga akhirnya Yusuf bisa menarik sebuah kesimpulan utama. Si satpam menginginkan rizki yang banyak, namun belum banyak waktu untuk mengingat Allah.

Memang si satpam rajin salat lima waktu, namun selalu salat di akhir waktu. Meski menyadari kesalahannya itu, si satpam selalu berkilah dengan memandang semua perbuatan baik adalah ibadah, tanpa melihat prioritas dan waktu dari ibadah itu sendiri.

"Memang bekerja jika dimaknai ibadah juga bisa, semua perbuatan baik jika diniati ibadah juga bisa, tapi jangan lupa untuk memprioritaskan ibadah primer dulu, seperti salat lima waktu. Kamu (si satpam) sholat ashar jam setengah 5 sore, padahal waktu asar jam 3, itu sama halnya kamu meninggalkan Allah sejauh satu setengah jam."

Jika sehari dikali lima, bagaimana dengan sebulan, setahun, atau ketika pertama kali kamu pertama kali balig? Sudah berapa jauh kamu meninggalkan Allah SWT," lanjut Yusuf.

Di akhir pembicaraan di minimarket itu, Yusuf berpesan kepada satpam untuk memperbaiki salatnya. Kemudian menyuruh si satpam untuk bersedekah untuk mempercepat balasan Allah SWT.

"Ini yang sulit ustaz," kata satpam memotong pembicaraan Yusuf. Menurutnya gaji yang diterimanya sebesar Rp 1.700,000 perbulan, sangat pas untuk memenuhi kebutuhan bulanannya, termasuk bayar kontrakan dan cicilan sepeda motor miliknya sebesar Rp 900 ribu perbulannya. Bahkan tidak jarang, si satpam sudah berhutang di kios tetangganya pada pertengahan bulan. "Duit sedekah darimana ustaz?" terangnya.

"Motor kamu saja dijual, nanti uangnya kamu sedekahkan semua. Insya Allah akan cepat dibalas," sahut Yusuf.

Mendengar jawaban Yusuf, si satpam buru-buru mengatakan keberatannya. Sebab tidak mungkin untuknya pergi bekerja tanpa mengendarai sepeda motor.

Akhirnya Yusuf menantang si satpam untuk kasbon, meminta awal gaji bulanannya kepada perusahaan untuk disedekahkan. Awalnya si satpam ragu, namun melihat keseriusan dan janji Allah SWT yang diterangkan Yusuf, membuat si satpam memberanikan diri menghadap atasan.

Setelah permasalahan si satpam teratasi, Yusuf pamit untuk melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda. Sedangkan si satpam, segera bergegas ke ruangan pemimpin untuk mengutarakan maksudnya. Singkat cerita, akhirnya si satpam berhasil meyakinkan atasan untuk kasbon Rp 1.700,000 dan segera menyedekahkannya.

Dengan keyakinan kebenaran janji Allah, si satpam melewati hari demi hari dengan rajin salat wajib tepat waktu dan konsisten melaksanakan salat sunnah. Hingga akhirnya si satpam merasakan manisnya janji Allah ketika dia bertemu dengan orang kaya yang sedang bingung mencari tanah. Tidak banyak peran dia, si satpam hanya bertugas sebagai perantara antara pembeli yaitu orang kaya itu, dengan penjual yang masih tetangganya di kampung.

Tidak membutuhkan waktu berbulan-bulan, Allah persis mengganti sedekahnya dengan melipatkan komisinya sebesar Rp 17.000,000. "Alhamdullilaah," puji si satpam kepada kebesaran Allah SWT.

Kini si satpam tidak lagi meragukan kebenaran janji Allah, bahkan motor kesayangannya dia jual untuk membantu mewujudkan impian ibunya berhaji.

Tidak berhenti sampai di situ, mengetahui si satpam adalah lulusan S1 akuntansi, akhirnya perusahaan mengangkat jabatannya. Kini mantan satpam itu telah menjadi staf keuangan di induk perusahaan yang lebih besar.


Video: Empat Efek Dahsyat Sedekah